KATA
PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat
Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul “Amar ma’ruf nahi munkar”. Makalah ini diajukan guna
memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah
ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi
masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
Semarang,
14 Desember 2011
Penyusun
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Segala puji hanya bagi Allah SWT, shalawat
dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, dan aku
bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah
yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah
hamba dan utusan-Nya.. Amma Ba’du:
Allah SWT berfirman:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ
تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ
وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ
وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah SWT. Sekiranya
Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada
yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
QS. Ali Imron: 110
Umar
RA berkata: Barangsiapa yang ingin dengan senang hati menjadi bagian dari umat
ini maka hendaklah dia memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Allah SWT
padanya”.[1]
Imam Qurthubi berkata: Ayat ini menunjukkan
sebuah pujian bagi umat ini selama mereka menegakkan perintah yang disebutkan
di dalam ayat tersebut dan mereka bersifat seperti itu, namun jika meraka
meninggalkan usaha untuk merubah kemungkaran bahkan bersekongkol dengan
kekejian tersebut maka hilanglah pujian tersebut, dan mereka akan menoreh
celaan dan hal itu sebagai sebab kehancuran mereka”.[2]
Dan Allah SWT memebritahukan bahwa
orang-orang yang sukses adalah orang-orang yang menyeru kepada yang ma’ruf dan
mencegah yang mungkar. Allah SWT berfirman:
وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ
Dan
Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara lalim, sedang
penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.
QS. Hud: 117.
2. Identifikasi
Masalah
1).
Pengertian Amar ma’ruf nahi munkar
2).
Penjelasan yang berkaitan dengan amar ma’ruf nahi munkar
3. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
persoalan mendasar yang hendak ditelaah dalam makalah ini adalah bagaimana cara
kita kita ber-amar ma’ruf nahi munkar.
4. Metode
Penulisan
Cara-cara yang digunakan pada penelitian ini adalah studi
Pustaka.Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan dengan
penulisan makalah ini dan sebagian hasil studi internet dengan sumber yang bisa
dipertanggung jawabkan.
BAB II
PEMBAHASAN
I. Pembahasan Pokok Bahasan
1. Pengertian
Amar ma'ruf nahi munkar, (al`amru bil-ma'ruf
wannahyu'anil-mun'kar) adalah sebuah frase dalam bahasa Arab yang maksudnya sebuah perintah untuk
mengajak atau menganjurkan hal-hal yang baik dan mencegah hal-hal yang buruk
bagi masyarakat.
Dalil Amar Ma'ruf Nahi Munkar adalah:
Hai anakku, dirikanlah salat dan
suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang
mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian
itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” [Luqman 17]
Jika kita tidak mau melaksanakan amar
ma’ruf nahi munkar, maka Allah akan menyiksa kita dengan pemimpin yang zhalim
dan menindas kita dan tidak mengabulkan segala doa kita:
Hendaklah kamu beramar ma’ruf
(menyuruh berbuat baik) dan bernahi mungkar (melarang berbuat jahat). Kalau
tidak, maka Allah akan menguasakan atasmu orang-orang yang paling jahat di
antara kamu, kemudian orang-orang yang baik-baik di antara kamu berdo’a dan
tidak dikabulkan (do’a mereka). (HR. Abu Zar)
Amar Ma'ruf Nahi Munkar dilakukan
sesuai kemampuan. Yaitu dengan tangan/kekuasaan jika dia adalah penguasa/punya
jabatan. Dengan lisan/tulisan jika dia adalah jurnalis atau intelektual. Atau
minimal membencinya dalam hati atas kemungkaran yang ada. Ini adalah
selemah-lemah iman (Hadits).
2. Diantara Keutamaan Amar Ma’ruf Dan
Nahi Munkar, Yaitu:
PERTAMA, bahwa amar ma’ruf dan
nahi munkar merupakan profesi dan tugas agung para rasul ‘alaihimus salam,
Allah Ta’ala berfirman :
وَلَقَدْ
بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ
الطَّاغُوتَ ﴿٣٦﴾ سورة النحل
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap
umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut
itu". (QS.16:36)
KEDUA, bahwa ia termasuk
sebagai ciri-ciri orang-orang beriman, sebagaimana firman Allah Ta’ala :
التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ
السَّاجِدونَ الآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنكَرِ
وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللّهِ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ ﴿١١٢﴾ سورة التوبة
Mereka itu adalah
orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji (Allah), yang melawat,
yang ruku`, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma`ruf dan mencegah berbuat
mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang
mu'min itu. (QS.9:112)
Sebaliknya, orang-orang
yang kerap berbuat kemungkaran dan kerusakan seperti yang difirmankan-Nya :
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُم مِّن بَعْضٍ يَأْمُرُونَ
بِالْمُنكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُواْ
اللّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ ﴿٦٧﴾ سورة التوبة
Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian
dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan
melarang berbuat yang ma`ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah
lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang
munafik itulah orang-orang yang fasik. (QS.9:67)
KETIGA, sesungguhnya amar
ma’ruf dan nahi munkar termasuk karakteristik orang-orang shalih, Allah Ta’ala
berfirman :
لَيْسُواْ سَوَاء مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أُمَّةٌ قَآئِمَةٌ يَتْلُونَ
آيَاتِ اللّهِ آنَاء اللَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ ﴿١١٣﴾ يُؤْمِنُونَ بِاللّهِ
وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ
وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُوْلَـئِكَ مِنَ الصَّالِحِينَ ﴿١١٤﴾ سورة آل
عمران
113. Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada
golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu
di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang). 114. Mereka beriman
kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma`ruf, dan
mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai
kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh. (QS.03:113-114)
KEEMPAT, diantara bentuk dari
kebaikan umat ini, adalah amar ma’ruf dan nahi munkar. Allah Ta’ala berfirman
:
كُنتُمْ
خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ
عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ ﴿١١٠﴾ سورة آل عمران
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. (QS.3:110)
KELIMA, dapat meneguhkan
kedudukan umat di muka bumi. Allah Ta’ala berfirman :
الَّذِينَ إِن مَّكَّنَّاهُمْ فِي الأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلاَةَ وَآتَوُا
الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنكَرِ وَلِلَّهِ
عَاقِبَةُ الأُمُورِ ﴿٤١﴾ سورة الحج
(yaitu) orang-orang yang
jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan
sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma`ruf dan mencegah dari
perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.. (QS.22:41)
KEENAM, bahwa ia termasuk
sebagai sebab-sebab turunnya pertolongan Allah. Allah Ta’ala berfirman :
وَلَيَنصُرَنَّ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
﴿٤٠﴾ الَّذِينَ إِن مَّكَّنَّاهُمْ فِي الأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلاَةَ وَآتَوُا
الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنكَرِ وَلِلَّهِ
عَاقِبَةُ الأُمُورِ ﴿٤١﴾ سورة الحج
040. ... Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong
(agama) -Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. 041.
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi,
niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang
ma`ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali
segala urusan. (QS.22:40-41)
KETUJUH, betapa besarnya
keutamaan penegakkan perkara amar ma’ruf dan nahi munkar ini. Allah Ta’ala berfirman
:
لاَّ خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَاهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ
أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاَحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتَغَاء
مَرْضَاتِ اللّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْراً عَظِيماً ﴿١١٤﴾ سورة النساء
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan
mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi
sedekah, atau berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan
barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka kelak
Kami memberi kepadanya pahala yang besar. (QS.4:114)
Sabda Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam :
«مَنْ
دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا»
“Barangsiapa
yang mengajak kepada petunjuk, baginya pahala seperti pahala-pahala orang yang
mengikutinya, tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikit pun.” (HR.
Muslim).
KEDELAPAN, termasuk faktor yang
dapat menggugurkan dosa-dosa, sebagaimana beliau Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda :
« فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ
وَنَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ يُكَفِّرُهَا الصِّيَامُ وَالصَّلاَةُ
وَالصَّدَقَةُ وَالأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ »
“Fitnah
(bencana) seorang pria terletak pada istrinya, hartanya, dirinya, anaknya dan
tetangganya. Puasa, shalat, sedekah, amar ma’ruf dan nahi munkar dapat
menggugurkannya.” (HR. Ahmad).
KESEMBILAN, pelaksanaan amar
ma’ruf dan nahi munkar merupakan (upaya) memelihara lima perkara urgen (adh-dharuriyah
al-khams), yaitu menjaga agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Sementara
itu, perkara amar ma’ruf dan nahi munkar ini masih memiliki berbagai keutamaan
lagi, selain yang telah kami sebutkan tadi. Akan tetapi sekiranya perkara amar
ma’ruf dan nahi munkar ini ditinggalkan dan panjinya ditelantarkan; Akan
menimbulkan berbagai kerusakan di daratan dan di lautan, serta akan melahirkan
berbagai konsekuensi serius, diantaranya yaitu :
1. Terjadi
kebinasaan dan siksaan (adzab). Allah Azza wa Jalla berfirman :
وَاتَّقُواْ
فِتْنَةً لاَّ تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنكُمْ خَآصَّةً وَاعْلَمُواْ
أَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ ﴿٢٥﴾ سورة الأنفال
Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus
menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah
amat keras siksaan-Nya. (QS.8:25)
Dari Hudzaifah Radhiyallahu ‘Anhu secara marfu’ :
« وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ
بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنْ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ
يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلاَ يُسْتَجَابُ لَكُمْ
»
“Demi
(Allah) yang jiwaku di tangan-Nya, hendaklah kamu menyuruh berbuat yang ma’ruf
dan mencegah kemungkaran. Atau (jika tidak) nyaris Allah (akan) mengirimkan
siksaan (segera) atas kalian sebab (telah mengabaikan)nya, kemudian kalian
berdoa kepada-Nya namun (doa kalian) tidak dikabulkan.” (Muttafaqun ‘Alaihi).
Ketika Ummul Mukminin Zainab Radhiyallahu
‘Anha bertanya :
«
أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ ؟ » فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : « نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ »
“Apakah
kita akan binasa, sementara di tengah-tengah kita masih ada orang-orang yang
soleh?.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Iya, ketika keburukan telah
marak.” (HR. Bukhari).
2. Tidak
diterimanya do’a. Sesungguhnya telah diriwayatkan berbagai hadits mengenai hal
tersebut. Diantaranya hadits ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha secara marfu’
:
«
مُرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَوْا عَنْ الْمُنْكَرِ قَبْلَ أَنْ تَدْعُوا فَلاَ
يُسْتَجَابَ لَكُمْ »
“Perintahkanlah
(oleh kalian untuk) berbuat yang ma’ruf dan laranglah kemungkaran, sebelum
(mengakibatkan) doa yang kalian panjatkan tidak diterima.” (HR. Ahmad).
3. Menafikan
kebaikan umat, beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam :
« وَاللَّهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ
وَلَتَنْهَوُنَّ عَنْ الْمُنْكَرِ وَلَتَأْخُذُنَّ عَلَى يَدَيْ الظَّالِمِ
وَلَتَأْطُرُنَّهُ عَلَى الْحَقِّ أَطْرًا وَلَتَقْصُرُنَّهُ عَلَى الْحَقِّ
قَصْرًا ، أَوْ لَيَضْرِبَنَّ اللَّهُ بِقُلُوبِ بَعْضِكُمْ عَلَى بَعْضٍ ثُمَّ
لَيَلْعَنَنَّكُمْ كَمَا لَعَنَهُمْ »
“Demi
Allah, hendaklah kamu menyuruh berbuat yang ma'ruf dan melarang kemungkaran,
menghentikan orang yang berbuat zhalim, dan memalingkannya (kembali) kepada
kebenaran, atau memperketat (geraknya hanya) pada (lingkup) kebenaran. Atau
(jika tidak dilakukan) kelak Allah akan mempertentangkan hati sebagian kalian
dengan sebagian yang lainnya, kemudian Dia melaknat kalian sebagaimana Dia
telah melaknat mereka (Bani Isra’il) ”
(HR. Abu
Dawud).
4.
Orang-orang fasik,
berdosa dan kafir memerintah, kemaksiatan-kemaksiatan dikemas indah, dan
kemungkaran-kemungkaran tersebar luas serta terus menerus terpampang.
5.
Munculnya kebodohan, lenyapnya ilmu, terpuruknya umat
dalam kesewenang-wenangan dan tenggelam tidak berakhir. Cukuplah menjadi dasar
turunnya adzab Allah Azza wa Jalla kepada orang yang meninggalkan
perkara amar ma’ruf dan nahi munkar, serta para musuh Islam dan orang-orang
munafik mampu menguasainya, dan melemah kekuatannya dan berkurang
kewibawaannya.
3. Langkah-Langkah Al-Inkar (tindakan
mengingkari) dan al-Amr (tsindakan menyuruh):
PERTAMA, pengenalan. Sesungguhnya seorang yang jahil (bodoh)
melakukuan sesuatu disebabkan ia tidak menduganya sebagai sebuah kemungkaran.
Maka harus diberikan penjelasan kepadanya, diperintahkan untuk berbuat yang
ma’ruf, dan diterangkan kepadanya mengenai besarnya ganjaran, berlimpah pahala
untuk orang yang melakukannya. Demikian itu dilakukan dengan cara yang santun,
lembut dan kasih sayang.
KEDUA, nasehat. Demikian itu dengan membangun rasa takut akan
siksa Allah Azza wa Jalla dan sangsi-Nya, serta mengingatkan
pengaruh-pengaruh berbagai perbuatan dosa dan maksiat, hal itu dilakukan dengan
bersahabat dan penuh kasih sayang kepadanya.
KETIGA, menyerahkannya ke ahlul hisbah (yaitu, Unit
Pemerintahan yang bertugas melakukan pengawasan dan penegakkan amar ma’ruf dan
nahi munkar, pent.) sekiranya telah tampak sikap kedurhakaannya dan tak kunjung
berhenti.
KEEMPAT, berulang-ulang kali dan tidak berputus asa. Karena
sesungguhnya para nabi dan rasul semuanya menyuruh berbuat yang ma’ruf, dan
perkara yang paling besar dalam hal ini adalah perkara tauhid. Dan mereka juga
memberikan peringatan dari kemungkaran, dan perkara yang paling besar dalam hal
ini adalah yaitu kesyirikan. Mereka melakukannya sepanjang tahun, tanpa jenuh
dan bosan.
KELIMA, memberikan hadiah buku dan kaset yang bermanfaat.
KEENAM, kepada orang-orang yang dibawah tanggungjawabnya
seperti istri dan anak-anaknya, maka boleh baginya untuk mengisolirnya,
melarangnya dan memukul dengan pukulan yang mendidik.
KETUJUH, amar ma’ruf dan nahi munkar mengharuskan pelakunya
untuk bersikap lembut, santun, lapang dada, sabar, menyayangi manusia,
bersahabat atas mereka, kesemuanya ini menuntut kesungguhan dan pengorbanan.
Saudara muslimku :
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam
menyebutkan tahapan-tahapan tindakan merubah kemungkaran, dengan sabdanya Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam :
«
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ
»
“Barangsiapa
di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan
tangannya. Sekiranya ia tidak mampu, maka dengan lisannya. Sekiranya ia tidak
mampu (juga) maka dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnysa iman ” (HR.
Muslim).
Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah berkata, “Demi Allah, wahai
saudara-saudaraku, berpegang teguhlah kalian kepada orsinalitas agamamu, muara
dan hilirnya, bawah dan atasnya. Yaitu syahadat “ La ilaha illallah ”
dan pahamilah maknanya. Cintailah pemeluknya. Dan kalian jadikanlah mereka sebagai
saudara-saudara kalian, sekalipun mereka itu jauh lokasinya. Ingkarilah para
thagut dan musuhi mereka, serta bencilah kepada orang-orang yang mencintai
mereka. Atau bantahlah mereka, juga tidak mengafirkan mereka. Atau berkata,
“Saya terlepas atas mereka.” Atau berkata, “Allah tidak membebaniku atas
mereka.” Maka sungguh dia telah mendustakan ini kepada Allah dan telah
membuat-buat kebohongan (kamuflase). Bahkan Allah menjadikannya sebagai beban
bagi mereka, dan berlepas diri terhadap mereka, sekalipun mereka adalah
saudara-saudaranya atau anak-anaknya sendiri.
4. Amar ma'ruf nahi mungkar
termasuk kewajiban terpenting bagi masyarakat muslim
Amar
ma'ruf nahi mungkar termasuk kewajiban terpenting dalam masyarakat muslim,
selain shalat dan zakat, terutama di waktu umat Islam berkuasa di muka bumi,
dan menang atas musuh, bahkan kemenangan tidak datang dari Allah, kecuali bagi
orang-orang yang tahu bahwa mereka termasuk orang-orang yang melakukannya:
(Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang
menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha
Perkasa, (yaitu) orang-orang yang jika
kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan
sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari
perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.) (QS. al Hajj: 40, 41)
Dalam
hadits yang diriwayatkan oleh bukhari, Rasulullah r menggambarkan masyarakat yang amar ma'ruf
dan nahi mungkar, dan masyarakat tidak melakukan amar ma'ruf nahi mungkar,
dengan para penumpang kapal yang mengundi tempat di kapal, sebagian mendapat
tempat di atas dan sebagian mendapat tempat di bawah, orang-orang yang
bertempat di bawah apabila ingin mengambil air, mereka harus melewati
orang-orang yang ada di bagian atas, maka mereka berkata: kalau saja kita
melubangi kapal agar tidak mengganggu orang di atas. Jika mereka membiarkan
kemauan mereka, maka akan binasa semua, dan jika mereka dihalangi maka semuanya
akan selamat.
Ini adalah gambaran yang
indah bagi pengaruh amar ma'ruf dan nahi mungkar dalam masyarakat, dari hadits
tersebut jelas bahwa amar ma'ruf dan nahi mungkar bisa menyelamatkan
orang-orang lalai dan orang-orang ahli maksiat dan juga orang lain yang taat
dan istiqamah, dan bahwa sikap diam atau tidak peduli terhadap amar ma'ruf dan
nahi mungkar merupakan suatu bahaya dan kehancuran, ini tidak hanya mengenai
orang-orang yang bersalah saja, akan tetapi mencakup semuanya, yang baik dan
yang buruk, yang taat dan yang jahat, yang takwa dan yang fasik.
5. Amar
ma'ruf dan nahi mungkar merupakan hak dan kewajiban rakyat
Dalam masyarakat muslim
amar ma'ruf dan nahi mungkar merupakan hak dan juga kewajiban bagi mereka, ia
merupakan salah satu prinsip politik dan sosial, al-Qur'an dan hadits nabi
telah menjelaskan hal itu dan memerintah orang untuk memberikan nasihat atau
kritik bagi pemangku kekuasaan dalam masyarakat, dan minta penjelasan hal-hal
yang menjadi kemaslahatan rakyat, atau mengingkari hal-hal yang tidak menjadi
maslahat bagi rakyat.
Tolok ukur kebaikan dan
kemungkaran adalah syari'at dalam satu sisi, dan kemaslahatan rakyat dari sisi
lain. Ini merupakan persoalan yang luas dari tuntutan rakyat pada penguasa,
khususnya dalam mencegah kezaliman, tidak menerimanya atau bersabar atasnya.
Al-Qur'an telah menganggap terjadinya kezaliman dari penguasa, dan diamnya
rakyat atas kezaliman tersebut merupakan suatu dosa besar dari kedua belah
pihak, yang bisa mengakibatkan turunnya siksa di dunia, dan juga di akhirat
kelak.
Allah
I berfirman: (Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad)
mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim.
Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu
itu mata (mereka) terbelalak.) (QS. Ibrahim: 42)
Dan berfirman: (Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan
malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri[342], (kepada mereka) malaikat
bertanya : "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". mereka menjawab:
"Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". para
malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat
berhijrah di bumi itu?". orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan
Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.) (QS. an Nisaa': 97)
Rasulullah
r memperingatkan orang-orang hina dan lemah
yang bersikap diam atas kezaliman dan tidak mencegah orang yang zalim dengan
siksa Allah yang akan mengenai mereka semua, tidak ada di antara mereka yang luput:
إِنَّ
النَّاسَ إِذَا رَأَوْا الظَّالِمَ فَلَمْ يَأْخُذُوا عَلَى يَدَيْهِ أَوْشَكَ
أَنْ يَعُمَّهُمْ اللَّهُ بِعِقَابٍ مِنْهُ
«Sesungguhnya
apabila manusia melihat orang zalim dan mereka tidak mencgahnya dari kezaliman,
maka Allah akan menimpakan siksa atas mereka semua» (HR. Abu Daud,
Tirmidzi, dan Nasa'i)
6. Cara-cara memberikan nasihat
Di
antara cara-cara amar ma'ruf dan nahi mungkar adalah nasihat, Rasulullah r telah menjadikannya sebagai agama dalam
sabdanya:
الدِّينُ
النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ؟ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ
وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
«Agama
adalah nasihat, kami berkata: bagi siapa? Beliau berkata: "bagi Allah,
bagi kitab Allah, bagi rasulnya, dan bagi para pemimpin dan umat Islam secara
umum» (HR. Muslim)
Tidak
diragukan lagi bahwa pemberian nasihat kepada para penguasa dari rakyat,
terutama para ulama dan orang-orang yang berpengalaman, masing-masing dalam
bidagnya merupakan suatu hal yang baik sekali, ini akan menjamin keselamatan,
keamanan dan kesejahteraan bagi masyarakat, hal ini telah berjalan di kalangan
umat Islam di masa keemasannya, oleh karena itu dalam beberapa hadits ada
anjuran bagi penguasa untuk mengangkat orang-orang shalih dan jujur serta
ikhlas memberikan nasihat menjadi pendampingnya, yang tidak
munafik dan tidak menipu penguasa.
7. Akibat buruk bagi
diabaikannya amar ma'ruf dan nahi mungkar
Musibah
paling buruk yang menimpa suatu umat dan masyarakat adalah berkuasanya
diktator, mulut dikekang, lisan dipasung, dan pena dipatahkan, sehingga tidak
ada yang berani bersuara, atau menulis kata-kata untuk mengungkapkan kebenaran
yang disia-siakan, atau keinginan yang dikekang, atau nasihat yang tulus.
Dengan demikian kehidupan menjadi buruk, hidup menjadi susah, sumber-sumber
kebaikan menjadi kering, duri-duri kejahatan dan kerusakan tumbuh, kenistaan
merajalela, dan tidak ada yang bisa menghentikan, serta harga diri manusia
diinjak-injak.
Apabila
keburukan sampai ke batas ini, maka semua anggota masyarakat wajib bergerak
untuk memperbaikinya dan menyingkirkan kerusakan, jika tidak melakukanya, maka
mereka berhak mendapat balasan dan siksa dari Allah, dan Allah telah menurunkan
bencana dan kerusakan kepada orang-orang yang melakukan kemungkaran dan yang
mendiamkannya:
(Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang
tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan Ketahuilah
bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.) (QS. al Anfal: 25)
Dan
Rasulullah r bersabda: «Sesungguhnya apabila manusia
melihat orang zalim dan mereka tidak mencegah kezalimannya, Allah akan
menurunkan siksa kepada mereka semua» (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Nasa'i)
Nabi
juga bersabda:
إذا
رأيت أمتي تهاب، فلا تقول للظالم : يا ظالم، فقد تودع منهم
«Jika engkau
melihat umatku takut, sehingga tidak berani mengatakan kepada orang zalim:
wahai orang zalim, maka mereka tidak berarti lagi» (HR. Ahmad, al Hakim dan
al Bazzar)
Allah
telah melaknat bani israil, mempertentangkan antara hati mereka dan menurunkan
siksa yang pedih kepada mereka, tatkala kemungkaran merajalela di antara
mereka, dan tidak ada seorangpun dari mereka yang bangkit untuk mencegahnya,
itulah firman Allah I:
(Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani
Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. yang demikian itu, disebabkan
mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak
melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa
yang selalu mereka perbuat itu.) (QS. al Maidah: 78, 79)
Terkadang
kemungkaran merajalela di masyarakat, orang-orang sudah terbiasa dan akrab, dan
tidak ada lagi yang berbicara, sehingga ia meracuni perasaan mereka, dan mereka
tidak lagi merasa bahwa ia merusak agama, akhlak dan adapt yang mulia, mereka
tidak lagi bisa membedakan antara yang ma'ruf dan yang mungkar, antara yang
baik dan buruk, halal dan haram, ketika itu pemahaman masyarakat berubah, dan
ukuran kebenaran sudah tidak jelas, sehingga kejujuran, amanat, beragama
dipandang sebagai keterbelakangan dan kebodohan, sementara dusta, khianat, dan
jauh dari agama dipandang sebagai kemajuan, yang baik mereka katakana mungkar
dan yang mungkar dikatakan baik.
Ini
diperburuk lagi ketika di masyarakat banyak orang-orang munafik, yang
mempengaruhi penguasa yang zalim, mereka berkumpul di sekitar penguasa,
membisiki penguasa untuk melakukan kebatilan dan menyembunyikan kebenaran,
suara-suara mereka mengajak kepada kebatilan, mencegah kebaikan, menciptakan
sifat masyarakat munafik yang akan ditempatkan oleh di dasar neraka paling
bawah:
(Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan.
sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang
munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan
tangannya[648]. mereka Telah lupa kepada Allah, Maka Allah melupakan mereka.
Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.) (QS. at Taubah: 67)
Ini
sangat bertentangan dengan masyarakat beriman:
(Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan
perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang
lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya.
mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.) (QS. at Taubah: 71)
Inilah
masyarakat muslim yang penuh dengan para da'I kepada Allah, yang mengerti
agamanya, yang menjaga syari'atnya, suara kebenaran tidak pernah padam,
melaksanakan amar ma'ruf dan nahi mungkar, walaupun kegelapan meliputi mereka,
dan suara-suara kebatilan membahana.
Tidak
diragukan bahwasanya suara-suara mereka yang keras dalam membela kebenaran akan
menebarkan kesadaran di masyarakat muslim, membangkitkan rasa izzah dengan
agama Allah, dan membuat opini umum yang disinari oleh petunjuk Allah dan rasulnya.
8. Wajibnya mengingkari
kemungkaran walaupun dengan hati
Banyak
sekali nash-nash al-Qur'an dan hadits yang menunjukkan wajibnya amar ma'ruf dan
nahi mungkar dalam masyarakat muslim, yang mengakui kedaulatan Allah, yang
melaksanakan syari'atnya, walaupun terkadang ada penguasa yang zalim, dan
terkadang banyak kerusakan, sehingga dengan demikian masyarakat muslim
benar-benar menjadi masyarakat yang beramar ma'ruf dan nahi mungkar .
Adapun jika masyarakat
diuji dengan disingkirkannya syari'at Islam dari kekausaan, dan umat Islam
dipaksa menerapkan hukum buatan manusia, maka dalam kondisi ini harus
menegakkan amar ma'ruf dan nahi mungkar yang paling besar, yaitu mengakui
kedaulatan Allah, hukumnya dan syari'atnya dalam kehidupan, dan mencegah kemungkaran
terbesar, yaitu menolak ketuhanan Allah dengan menolak syari'atnya dalam
kehidupan.
Rasulullah r bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ
فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ
وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ
«Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, maka
hendaklah merubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya,
jka tidak mampu maka dengan hatinya, dan inilah selemah-lemahnya iman» (HR.
Muslim)
Akan tetapi terkadang
datang suatu masa kepada umat Islam dimana umat Islam tidak bisa mengubah
kemungkaran dengan tangannya, dan tidak bisa mengubahnya dengan lisannya, maka
tidak ada lagi cara kecuali mengubah dengan hatinya, dan ini tidak ada orang
yang bisa menghalangi.
Mengubah kemungkaran
dengan hati adalah selemah-lemahnya iman, sebagaimana disebutkan dalam hadits,
terkadang sekilas orang melihatnya sebagai amal yang pasif, dimana hal ini
tidak dilakukan kecuali oleh orang yang tidak mampu mengubah kemungkaran dengan
tangan atau dengan lisan.
Sebenarnya seorang muslim
yang jujur yang tidak ada jalan di hadapannya kecuali mengingkari dengan hati,
tidak hilang dari pikirannya bahwa mengingkari dengan hati berarti merubahnya,
sebagaimana dikatakan demikian oleh Rasulullah r. Perkataan Rasulullah ini menunjukkan bahwa
hal itu adalah suatu perbuatan positif; karena mengingkari kemungkaran dengan
hati berarti mempertahankan hati dari sikapnya terhadap kemungkaran… ia
mengingkarinya, membencinya, tidak menyarah kepadanya, dan tidak menerimanya
bahwa itu adalah suatu yang harus dipatuhi dan diakui.
Mengingkari dengan hati
terhadap suatu kondisi adalah kekuatan positif, dan merupakan langkah awal
untuk menghancurkan kemungkaran ini, dan menegakkan kebaikan kapan ada
kesempatan, dan mengintai kemungkaran hingga ada kesempatan untuk merubahnya.
Dan ini jelas merupakan perbuatan positif dalam jalan menuju perubahan.
Memang
benar bahwa ini adalah iman yang paling lemah, sebagaimana dikatakan oleh
Rasulullah r, akan tetapi kalau memang hanya iman
paling lemah yang memungkinkan, maka paling tidak seorang muslim memelihara
iman yang lemah ini. Adapun kehilangan iman secara keseluruhan, dan menyerah
pada kemungkaran karena ia adalah suatu kenyataan pahit, dimana ia tidak mampu
melawannya, dan menerimanya karena tekanannya kuat sekali, maka ini tidak
mungkin dikatakan oleh seorang mukmin yang hidup dalam masyarakat muslim, kalau
tidak maka ia dan masyarakatnya berhak mendapat laknya yang menimpa bani
israil, karena mereka tunduk kepada kemungkaran dan ridha padanya, dan mereka
tidak mencegahnya, sebagaimana firman Allah I: (Telah dila'nati orang-orang kafir dari
Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. yang demikian itu,
disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain
selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat
buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.) (QS. al Maidah: 78, 79)
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
Amar
ma'ruf nahi munkar, (al`amru bil-ma'ruf wannahyu'anil-mun'kar)
adalah sebuah frase dalam bahasa Arab yang maksudnya sebuah perintah untuk
mengajak atau menganjurkan hal-hal yang baik dan mencegah hal-hal yang buruk
bagi masyarakat.
Diantara Keutamaan Amar
Ma’ruf Dan Nahi Munkar, Yaitu:
PERTAMA, bahwa amar ma’ruf dan
nahi munkar merupakan profesi dan tugas agung para rasul ‘alaihimus salam
KETIGA, sesungguhnya amar
ma’ruf dan nahi munkar termasuk karakteristik orang-orang shalih
KEDUA, bahwa ia termasuk
sebagai ciri-ciri orang-orang beriman
Langkah-Langkah Al-Inkar (tindakan
mengingkari) dan al-Amr (tsindakan menyuruh):
PERTAMA, pengenalan. Sesungguhnya seorang yang jahil (bodoh)
melakukuan sesuatu disebabkan ia tidak menduganya sebagai sebuah kemungkaran.
Maka harus diberikan penjelasan kepadanya, diperintahkan untuk berbuat yang
ma’ruf, dan diterangkan kepadanya mengenai besarnya ganjaran, berlimpah pahala
untuk orang yang melakukannya. Demikian itu dilakukan dengan cara yang santun,
lembut dan kasih sayang.
KEDUA, nasehat. Demikian itu dengan membangun rasa takut akan
siksa Allah Azza wa Jalla dan sangsi-Nya, serta mengingatkan
pengaruh-pengaruh berbagai perbuatan dosa dan maksiat, hal itu dilakukan dengan
bersahabat dan penuh kasih sayang kepadanya.
KETIGA,
menyerahkannya ke ahlul hisbah (yaitu, Unit Pemerintahan yang bertugas
melakukan pengawasan dan penegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar, pent.)
sekiranya telah tampak sikap kedurhakaannya dan tak kunjung berhenti
II. Saran-Saran
Saran yang ingin penulis kemukakan dalam materi
presentasi Amar ma’ruf nahi munkar adalah agar segenap kaum muslim menyadari
akan kewajiban mereka ber-amar ma’ruf nahi munkar.
DAFTAR PUSTAKA
Ghazali, Imam, Mukasyafatul
Qulub, Terj. Fatihuddin Abul Yasin, Surabaya: Terbit Terang, 1990
Iwudh, Ahmad Abduh, Mutiara
Hadis Qudsi, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2006
Qasyimi, Muhammad Jalaludin, Roudhlotul
Mu’minin. Terj. Abu Ridho. Semarang: Assyifa.
Ash Shiddiqey, Muhammad
Teungku Hasbi, Al-Islam. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2001
Nawawi, Imam, Riyadhus
Sholihin, Terj. Ahmad Sunarto, Jakarta: Pustaka Amani, 1990
Dahlan, Ali Usman, Hadits
Qudsy Pola Pembinaan Akhlak Muslim, Bandung: CV. Diponegoro
Tirmidhi, Imam,
Sunan At Tirmidhi, Bairut: Darul Kutub Al- Ilmiyah
http://www.vbi-attaqwa.org/2009/06/10/amar-maruf-dan-nahi-munkar/
MAKALAH
PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN
ISLAM
“Amar Ma’ruf Nahi Munkar”
Dosen : Drs. Abdul Kholiq
Di susun oleh :
1.
Faried Ubaidillah 11110117
2.
Galih Ibrahim DH 11110085
3.
Meilla Dwi Candra NS 11110034
4.
Eni Setryorini 11110069
5.
Evi Finawati 11110070
6.
Dyah Lutfi Amanti 11110014
Semester 1 (satu) B
IKIP
PGRI SEMARANG
TAHUN
2011
Categories:
DH. Pendidikan Agama
Trimakasih atas artikelnya sangat bermanfaat
makalahnya sangat bermanfaat buat saya. tanks bro. memang amar ma'ruf nahi munkar adalah kewjiban kita. sudah sepatutnya kita untuk menjalankannya
nice for sharing