BAHASA INDONESIA
RAGAM ILMIAH
Di Susun oleh :
1. NAMA NPM
FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI BIMBINGAN
IKIP PGRI SEMARANG
TAHUN 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam
profesi keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I Pendahuluan
- Latar belakang
- Perumusan Masalah
- Tujuan
- Manfaat
BAB II Pembahasan
-
Pengertian dan Karakteristik Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah
-
Berbagai Ragam Bahasa
-
Penggunaan Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah dalam Menulis dan Presentasi
Ilmiah
BAB III Penutup
-
Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada penulisan ilmiah, bahasa sering diartikan sebagai tulisan yang
mengungkapkan buah pikiran sebagai hasil dari pengamatan, tinjauan, penelitian
yang seksama dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu, menurut metode tertentu,
dengan sistematika penulisan tertentu, serta isi, fakta, dan kebenarannya dapat
dibuktikan dan dapat dipertanggungjawabkan. Bahasa adalah alat komunikasi
lingual manusia, baik secara lisan maupun tertulis. Ini adalah fungsi dasar
bahasa yang tidak dihubungkan dengan status dan nilai-nilai sosial. Setelah
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, yang di dalamnya selalu ada
nilai-nilai dan status, bahasa tidak dapat ditinggalkan.
Bahasa Indonesia dikenal sebagi bahasa aglutinatif. Artinya, kosakata
dalam bahasa Indonesia dapat ditambahkan dengan bentuk lain, yaitu imbuhan.
Imbuhan mengubah bentuk dan makna bentuk dasar yang dilekati imbuhan itu.
Karena sifat itulah, imbuhan memiliki peran yang sangat penting dalam
pembentukan kata bahasa Indonesia. Kemampuan berbahasa yang baik dan benar
merupakan persyaratan mutlak untuk melakukan kegiatan ilmiah karena bahas
merupakan sarana komunikasi ilmiah pokok. Tanpa penguasaan tata bahasa dan
kosakata yang baik akan sulit bagi seorang ilmuan untuk mengkomunikasikan
gagasannya kepada pihak lain. Dengan bahasa selaku alat komunikasi, kita bukan
saja menyampaikan informasi tetapi juga argumentasi, dimana kejelasan kosakata
dan logika tata bahasa merupakan persyaratan utama.
Begitu juga dalam hal ragam bahasa dalam konsep ilmiah yang menuntut
kecermatan dalam penalaran dan bahasa. Dalam hal bahasa, seperti karya tulis
dan alporan penelitian harus memenuhi ragam bahasa standar (formal) atau
terpelajar dan bukan bahasa informal atau pergaulan. Ragam bahasa terdiri atas
dasar media/sarana, penutur, dan pokok persoalan. Atas dasar media, ragam
bahasa terdiri atas ragam bahasa lisan dan tulis. Atas dasar penuturnya,
terdapat beberapa ragam yaitu dialek, terpelajar, resmi, dan takresmi. Dari
segi pokok persoalan, ada berbagai ragam antara lain ilmu, hukum, niaga,
jurnalistik, dan sastra.
Ragam bahasa dalam konsep ilmiah hendaknya mengikuti ragam bahasa yang
penuturnya adalah terpelajar dalam bidang ilmu tertentu. Ragam bahasa ini
mengikuti kaidah bahasa baku untuk menghindari ketaksaan atau ambiguitas makna
karena ragam bahasa ilmiah tidak terikat oleh waktu. Dengan demikian, ragam
bahasa dalam konsep ilmiah diusahakan tidak mengandung bahasa yang sifatnya
kontekstual seperti ragam bahasa jurnalistik. Tujuannya adalah agar karya
tersebut dapat tetap dipahami oleh pembaca yang tidak berada dalam situasi atau
konteks saat karya tersebut diterbitkan.
B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan
masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1.
Pengertian dan karakteristik ragam ilmiah.
2.
Pengertian ragam bahasa.
3.
Penggunaan Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah dalam Menulis dan Presentasi
Ilmiah
C. Tujuan
Pembuatan makalah
ini bertujuan untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ragam ilmiah serta
macam-macam ragam ilmiah ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk
menghasilkan bahasa.
D. Manfaat
Manfaat dibuatnya
makalah ini adalah, sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat
mengetahui apa yang dimaksud dengan ragam ilmiah.
2. Mahasiswa
mengetahui adanya berbagai ragam bahasa Indonesia yang sering digunakan.
3. Penggunaan ragam ilmiah
dan bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Karakteristik Bahasa Indonesia
Ragam Ilmiah
Bahasa Indonesia ragam
ilmiah merupakan salah satu bahasa Indonesia yang digunakan dalam menulis karya
ilmiah. Sebagai bahasa yang digunakan untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip,
teori atau gabungan dari keempatnya, bahasa Indonesia diharapkan bisa menjadi
media yang efektif untuk komunikasi ilmiah, baik secara tertulis maupun lisan.
Selanjutnya, bahasa Indonesia ragam ilmiah memiliki karakteristik cendikia,
lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmentaris, bertolak dari gagasan,
formal dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten.
1. Cendekia
Bahasa Indonesia bersifat
cendikia artinya Bahasa Indonesia itu mampu digunakan secara tepat untuk
mengungkapkan hasil berpikir logis, yakni mampu membentuk pernyataan yang tepat
dan sesksama. Hal ini sejalan dengan pendapat Soedradjad (2010) bahwa bahasa
yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama, sehingga
gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca.
2. Lugas dan Jelas
Sifat lugas dan jelas
dimaknai bahwa bahasa Indonesia mampu menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas
dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan diungkapkan secara langsung sehingga makna
yang ditimbulkan adalah makna lugas. Pemaparan bahasa Indonesia yang lugas akan
menghindari kesalahpahaman dan kesalahan menafsirkan isi kalimat. Penulisan
yang bernada sastra pun perlu dihindari. Gagasan akan mudah dipahami apabila
dituangkan dalam bahasa yang jelas dan hubungan antara gagasan yang satu dengan
yang lain juga jelas. Kalimat yang tidak jelas umumnya akan muncul pada kalimat
yang sangat panjang.
3. Menghindari
Kalimat Fragmentaris
Bahasa Indonesia ragam
ilmiah juga menghindari penggunaan kalimat fragmentaris. Kalimat fragmentaris
adalah kalimat yang belum selesai. Kalimat terjadi antara lain karena adannya
keinginan penulis menggunakan gagasan dalam beberapa kalimat tanpa menyadari
kesatuan gagasan yang diungkapkan.
4.
Formal
Bahasa yang digunakan
dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat keformalan bahasa dalam
tulisan ilmiah dapat dilihat pada lapis kosa kata, bentukan kata, dan kalimat.
Bentukan kata yang formal adalah bentukan kata yang lengkap dan utuh sesuai
dengan aturan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Kalimat formal dalam
tulisan ilmiah dicirikan oleh kelengkapan unsur wajib (subyek dan predikat),
ketepatan penggunaan kata fungsi atau kata tugas, kebernalaran isi, dan
tampilan esei formal.
5. Objektif
dan Konsisten
Sifat objektif tidak cukup
dengan hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak, tetapi juga diwujudkan
dalam penggunaan kata seperti kosa kata, bentuk kata, dan struktur kalimat.
Sementara sifat konsisten yang ditampakkan pada penggunaan unsur bahasa, tanda
baca, tanda-tanda lain dan istilah yang sesuai dengan kaidah dan semuanya
digunakan secara konsisten.
6. Bertolak
dari Gagasan
Bahasa ilmiah digunakan
dengan orientasi gagasan. Bahasa Indonesia ragam ilmiah mempunyai sifat
bertolak dari gagasan. Artinya, penonjolan diadakan pada gagasan atau hal yang
diungkapkan dan tidak pada penulis. Implikasinya, kalimat-kalimat yang
digunakan didominasi oleh kalimat pasif sehingga kalimat aktif dengan penulis
sebagai pelaku perlu dihindari.
7. Ringkas
dan Padat
Sifat ringkas dan padat
direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang mubazir. Itu berarti
menuntut adanya penggunaan bahasa yang hemat. Ciri padat merujuk pada kandungan
gagasan yang diungkapkan dengan unsur-unsur bahasa. Karena itu, jika gagasan
yang terungkap sudah memadai dengan unsur bahasa yang terbatas tanpa
pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi. Keringkasan dan kepadatan
penggunaan bahasa tulis ilmiah juga ditandai dengan tidak adanya kalimat atau
paragraph yang berlebihan dalam tulisan ilmiah.
Setiap ragam bahasa
memiliki ciri khasnya masing-masing. Menurut Nazar (2004: 9), ciri ragam Bahasa
Indonesia Ilmiah sebagai berikut:
1. Kaidah bahasa Indonesia yang digunakan harus
benar sesuai dengan kaidah pada bahasa Indonesia baku, baik kaidah tata ejaan
maupun tata bahasa (pembentukan kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf).
2. Ide yang diungkapkan harus benar, sesuai dengan fakta yang dapat
diterima akal sehat (logis).
3. Ide yang diungkapkan harus tepat dan hanya mengandung satu makna.
Hal ini tergantung pada ketepatan memilih kata dan penyusunan struktur kalimat.
Jadi, kalimat yang digunakan efektif.
4. Kata yang dipilih harus bernilai denotatif
yaitu makna yang sebenarnya.
5. Ide diungkapkan dalam kalimat harus padat isi/ bernas. Oleh sebab
itu, penggunaan kata dalam kalimat seperlunya, tetapi pemilihannya tepat.
6. Pengungkapan ide dalam kalimat ataupun alinea harus lugas yaitu
langsung menuju pada sasaran.
7. Unsur ide dalam kalimat ataupun alinea
diungkapkan secara runtun dan sistematis.
8. Ide yang diungkapkan dalam kalimat harus jelas sehingga tidak
menimbulkan salah tafsir.
B.
Berbagai Ragam Bahasa
Ragam bahasa yang
digunakan dalam suasana akrab (santai) biasanya mempunyai kelainan jika
dibandingkan dengan bahasa yang dipakai dalam suasana resmi. Dalam suasana
akrab, penutur bahasa biasanya sering menggunakan kalimat-kalimat pendek,
kata-kata dan ungkapan yang maknanya hanya dipahami dengan jelas oleh peserta
percakapan itu. Sebaliknya, dalam suasana resmi, seperti dalam pidato resmi,
ceramah ilmiah, perkuliahan, dalam rapat resmi biasanya digunakan
kalimat-kalimat panjang, pilihan kata, dan ungkapan sesuai dengan tuntunan
kaidah bahasa yang benar. Brenstein menamakan kedua ragam bahasa yang terakhir
ini masing-masing sebagai ragam ringkas (restricted code) dan ragam lengkap
(elaborate code).
1. Ragam
Lisan dan Ragam Tulisan
Ragam suatu bahasa dapat
juga dibedakan berdasarkan jenis kesatuan dasarnya (Halim, 1998). Dilihat dari
wujud kesatuan dasar ini ragam bahasa dapat pula dibedakan antara ragam lisan
dan ragam tulisan. Kesatuan dasar ragam tulisan adalah huruf. Tidak semua
bahasa terdiri atas ragam lisan dan tulisan, tetapi pada dasrnya semua bahasa
memiliki ragam lisan.
a.
Ragam Bahasa Lisan
Ragam bahasa lisan adalah
bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur
dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan
lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah
suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.
Ciri-ciri ragam bahasa lisan:
1) Memerlukan
kehadiran orang lain;
2) Unsur gramatikal tidak
dinyatakan secara lengkap;
3) Terikat ruang dan
waktu; dan
4) Dipengaruhi oleh tinggi
rendahnya suara.
Kelebihan ragam bahasa
lisan adalah dapat menatap langsung ekspresi orang sebagai lawan pembicara.
b. Ragam Bahasa Tulis
Ragam bahasa tulis adalah
bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur
dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan)
di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa
tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata
ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan,
dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
Ciri-ciri ragam bahasa tulis:
1) Tidak memerlukan
kehadiran orang lain;
2) Unsur gramatikal
dinyatakan secara lengkap;
3) Tidak terikat ruang dan
waktu; dan
4) Dipengaruhi oleh tanda
baca atau ejaan.
Kekurangan ragam bahasa
tulis adalah sering terjadi kesalahan tanggapan antara pembaca dan penulis.
Selain itu, ragam bahasa tulis dapat menyebabkan kurang jelasnya penyampaian
makna yang dimaksud.
Hubungan antara lisan dan
ragam tulisan adalah timbal balik. Ragam tulisan melambangkan ragam lisan
dengan pengertian bahwa kesatuan ragam tulisan melambangkan ragam tulisan,
yaitu huruf melambangkan kesatuan-kesatuan dasar lisan, yaitu bunyi bahasa
dalam bentuk yang dapat dilihat. Hubungan perlambangan antara kedua ragam bahasa
itu tidak jarang menimbulkan kesan bahwa struktur lisan sama benar dengan
struktur ragam tulisan. Dalam kenyataan, kedua ragam bahasa itu pada dasarnya
berkembang menjadi dua sistem bahasa yang terdiri atas perangkat kaidah yang
tidak seluruhnya sama. Ini berarti bahwa kaidah yang berlaku bagi ragam lisan
belum tentu berlaku juga bagi ragam tulisan, kaidah yang mengatur menghilangkan
unsur-unsur tertentu dalam kalimat ragam lisan, misalnya tidak berlaku
seluruhnya bagi ragam tulisan, yang menuntut adanya kalimat-kalimat dalam
bentuk selengkap mungkin.
Dalam hubungan dengan
bahasa Indonesia, perbedaan antara kaidah ragam lisan dan kaidah ragam tulisan
telah berkembang sedemikian rupa, sehingga kedua ragam itu memrlukan pembakuan
yang berbeda, sesuai dengan perkembangannya sebagai bahasa perhubungan antar
daerah dan antar suku selama berabad-abad di seluruh Indonesia (Teew, 1961;
Halim, 1998).
2. Ragam Baku dan Nonbaku
Dalam pembicaraan seorang
penutur selalu mempertimbangkan kepada siapa ia berbicara, dimana, tentang
masalah apa, kapan dan dalam suasana bagaimana. Dengan adanya pertimbangan
semacam itu, timbullah ragam pemakaian bahasa sesuai dengan fungsi dan
situasinya (Suwito, 1983).
Situasi di kantor, di
depan kelas, dalam ruangan rapat resmi, dalam berdiskusi, berpidato, memimpin
rapat resmi, dan sebagainya merupakan situasi/suasana resmi (formal). Dalam
situasi/suasana seperti ini hendaknya dipakai ragam resmi atau formal yang
biasa disebut dengan istilah ragam bahasa baku atau dengan singkat ragam baku.
Ragam baku ini selain digunakan dalam suasana seperti yang telah disinggung di
atas, juga digunakan dalam surat menyurat resmi, administrasi pemerintahan,
perundang-undangan Negara, dan dalam karya-karya ilmiah. Sebaliknya, situasi di
dalam rumah tangga, di pinggir jalan, di warung-warung, di pasar, di lapangan
olahraga, dan sebagainya merupakan situasi/suasana yang tak resmi (informal).
Dalam suasana seperti ini hendaknya kita menggunakan ragam bahasa tak resmi
(informal) yang biasanya disebut dengan istilah ragam bahasa takbaku (nonbaku)
atau dengan singkat ragam takbaku (nonbaku). Jadi, pemakaian bahasa di luar
suasana formal (resmi) dan hanya berfungsi sebagai alat komunikasi
antarsahabat, antaranggota keluarga di rumah, dan antarpembeli kesemuanya
digolongkan ke dalam ragam takbaku.
Yang dimaksud dengan
bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok, yang diajukan
dasar ukuran atau yang dijadikan standar. Ragam bahasa ini lazim digunakan
dalam:
a. Komunikasi resmi, yakni dalam surat menyurat
resmi, surat menyurat dinas, pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh
instansi resmi, perundang-undangan, penamaan dan peristilahan resmi, dan
sebagainya.
b. Wacana
teknis seperti dalam laporan resmi, karang ilmiah, buku pelajaran, dan
sebagainya.
c.
Pembicaraan didepan umum, seperti dalam ceramah, kuliah, pidato dan sebagainya.
d. Pembicaraan dengan orang yang dihormati dan
sebagainya. Pemakaian (1) dan (2) didukung oleh bahasa baku tertulis, sedangkan
pemakaian (3) dan (4) didukung oleh ragam bahasa lisan.
Ragam bahasa baku dapat ditandai
dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Penggunaan Kaidah Tata Bahasa
Kaidah tata bahasa normatif selalu
digunakan secara ekspilisit dan konsisten.
b.
Penggunaan Kata-Kata Baku
Kata-kata yang dipakai adalah
kata-kata umum dan sudah lazim digunakan atau yang frekuensi penggunaanya cukup
tinggi. Kata-kata yang belum lazim atau masih bersifat kedaerahan sebaiknya
tidak digunakan, kecuali dengan pertimbangan- pertimbangan khusus.
c.
Penggunaan Ejaan Resmi Dalam Ragam Tulisan
Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa
Indonesia adalah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD). EYD mengatur
mulai dari penggunaan huruf, penulisan kata, penulisan partikel, penulisan
angka penulisan unsur serapan, sampai pada penggunaan tanda baca.
d. Penggunaan
Lafal Baku Dalam Ragam Lisan
Hingga saat ini lafal yang benar atau
baku dalam bahasa Indonesia belum pernah ditetapkan. Tetapi ada pendapat umum
bahwa lafal baku dalam bahasa Indonesia adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri
lafal dialek setempat atau lafal daerah.
e.
Penggunaan Kalimat Secara Efektif
Kalimat-kalimat yang digunakan dapat
dengan tepat menyampaikan pesan denganlisan atau tulisan kepada pendengar atau
pembaca, persis seperti yang di maksud pembicara atau penulis.
Secara keseluruhan ragam
baku itu hanya ada satu dalam sebuah bahasa, dengan kata lain ragam-ragam
selebihnya (termasuk dialek) merupakan ragam nonbaku. Dari sudut kebahasaan,
terdapat perbedaan antara ragam baku dan nonbaku antara lain tata bunyi, tata
bentukan, kosa kata, dan tata kalmat. Dalam BI ejaan yang diakui baku adalah
EYD, sehingga penulisan yang tidak sesuai dengan EYD adalah ejaan nonbaku.
Sayangnya dalam BI belum ada pengaturan yang tuntas mengenai pelafalan,
sehingga batas antara baku dan nonbaku masih agak kabur meski tetap ada
batas-batas tertentu yang memisahkan keduanya.
Kalau diperhatikan
pemakaian kedua ragam bahasa itu, ragam baku adalah ragam bahasa yang
dilambangakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakaiannya.
Sebagai kerangka rujukan, ragam baku berisi rujukan yang menentukan benar
tidaknya pemakaian bahasa, baik ragam lisan maupun ragam tulisan, sedangkan ragam
takbaku selalu ada kecenderungan untuk menyalahi norma/kaidah bahasa yang
berlaku.
3. Ragam Bahasa Berdasarkan Bidang Fungsional
a. Ragam Bahasa Ilmiah
Ciri bahasa indonesia ragam ilmiah:
1) Bahasa Indonesia ragam baku;
2) Pengunaan kalimat efektif;
3) Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda;
4) Pengunaan kata dan istilah yang bermakna lugas
dan menghindari pemakaian kata dan istilah yang bermakna kias;
5) Menghindari penonjolan persona dengan tujuan
menjaga objektivitas isi tulisan; dan
6) Adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi dan Antaralinea.
b. Ragam Bahasa Sastra
Berbeda dengan ragam
bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra banyak mengunakan kalimat yang tidak
efektif. Pengambaran yang sejels-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna
konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar
tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca.
c. Ragam Bahasa Iklan
Bergaya bahasa hiperbola,
berpersuasif, dan berkalimat menarik, ciri-ciri ragam bahasa iklan. Selain itu,
ragam bahasa iklan bernada sugestif dan propogandis.
d. Ragam Bahasa Bidang-bidang Tertentu
Ragam bahasa ini digunakan
pada bidang-bidang tertentu seperti transportasi, komputer, ekonomi, hukum, dan
psikologi.diagnosis, infus, dan USG adalah contoh istilah dalam bidang
kedokteran.
C. Penggunaan Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah
dalam Menulis dan Presentasi Ilmiah
Menggunakan bahasa Indonesia
ragam ilmiah dalam menulis dan presentasi ilmiah berarti memanfaatkan potensi
bahasa Indonesia untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori, atau gabungan
dari keempat hal tersebut secara hasil penelitian, secara tertulis, dan lisan. Itu berarti, pada saat menulis tulisan ilmiah penulis harus berusaha
keras agar bahasa Indonesia yang digunakan benar-benar menunjukkan sifat yang
cendikia, lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmentaris, bertolak dari
gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten. Sifat-sifat
bahasa Indonesia yang demikian ditampakkan pada pilihan kata, pengembangan
kalimat, pengembangan paragraf, kecermatan dalam penggunaan ejaan, tanda baca,
dan aspek-aspek mekanik lainnya.
1. Menulis
Karya Ilmiah
Jenis-jenis karya ilmiah dapat
dibedakan atas berikut.
a. Makalah
Makalah adalah karya tulis ilmiah yang
menyajikan permasalahan dan pembahasannya berdasarkan data di lapangan atau
kepustakaan yang bersifat empiris dan objektif.
b. Kertas kerja
Kertas kerja adalah karya tulis ilmiah
yang bersifat lebih mendalam daripada makalah dengan menyajikan data di
lapangan atau kepustakaan yang bersifat empiris dan objektif. Makalah sering
ditulis untuk disajikan dalam kegiatan penelitian dan tidak untuk didiskusikan,
sedangkan kertas kerja ditulis untuk disajikan dalam seminar atau lokakarya.
c. Laporan Praktik Kerja
Laporan praktik kerja adalah karya
tulis ilmiah yang memaparkan data hasil temuan di lapangan atau instansi
perusahaan tempat kita bekerja. Jenis karya ilmiah ini merupakan karya ilmiah
untuk jenjang diploma III (DIII).
d. Skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang
mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain (karya ilmiah
S1). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar sarjana.
e. Tesis
Tesis adalah karya tulis ilmiah yang
mengungkapkan pengetahuan baru dengan melakukan pengujian terhadap suatu
hipotesis. Tesis ini sifatnya lebih mendalam dari skripsi (karya ilmiah S2).
Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar magister.
f. Disertasi
Disertasi adalah karya tulis ilmiah
yang mengemukakan teori atau dalil baru yang dapat dibuktikan berdasarkan fakta
secara empiris dan objektif (karya ilmiah S3). Karya ilmiah ini ditulis untuk
meraih gelar doktor.
Bagaimana halnya dalam
presentasi ilmiah? Ketika melakukan presentasi ilmiah, presenter dituntut agar
bahasa Indonesia lisan yang digunakan diwarnai oleh sifat-sifat ragam bahasa
Indonesia ilmiah sebagaiana dikemukakan di atas. Sementara itu, beberapa
fasilitas dalam penggunaan bahasa lisan tetap bisa dimanfaatkan, misalnya
adanya kesempatan untuk mengulang-ulang, menekankan dengan menggunakan
intonasi, jeda, dan unsur suprasegmental lainnya.
2. Presentasi Ilmiah
Presentasi ilmiah
merupakan kegiatan yang lazim dilakukan dalam dunia ilmiah. Kegiatan itu berfungsi
untuk menyebarkan informasi ilmiah. Agar presentasi ilmiah dapat berjalan
dengan efektif, ada kiat-kiat yang perlu diterapkan, yakni:
1) Menarik minat dan perhatian peserta;
2) Menjaga
agar presentasi tetap fokus pada masalah yang dibahas
3) Menjaga
etika ketika tampil di depan forum ilmiah.
Untuk menarik minat dan perhatian pada topik/masalah yang dibahas, seorang
penyaji dapat menggunakan media yang menarik (media visual seperti gambar
dengan warna yang menarik, ilustrasi, dll.), mengetahui latar belakang peserta,
dan menjaga suara agar tidak monoton serta terdengar jelas oleh seluruh peserta
yang berada di suatu ruangan. Untuk menjaga agar presentasi tetap fokus pada
madalah yang dibahas, penyaji harus menaati bahan yang telah disiapkan dan
memberi penjelasan singkat dan padat terhadap butir-butir inti. Untuk menjaga
etika dapat dilakukan dengan cara menghindari hal-hal yang dapat merugikan
(menyinggung perasaan) orang lain.
Tata Cara dan Etika Presentasi Ilmiah Presentasi ilmiah akan berhasil jika
penyaji menaati tata cara yang lazim. Pertama, penyaji perlu memberi
informasi kepada peserta secara memadai. Informasi tersebut akan dipahami
dengan baik jika peserta memperoleh bahan tertulis, baik bahan lengkap maupun
bahasan presentasi powerpoint. Jika diperlukan, bahan dapat dilengkapi
dengan ilustrasi yang relevan. Apabila bahan ditayangkan, harus dipastikan
bahwa semua peserta dapat melihat layar dan dapat membaca tulisan yang
disajikan. Kedua, penyaji menyajikan bahan dalam waktu yang tersedia.
Untuk itu, penyaji perlu merencanakan penggunaan waktu dan menaati panduan yang
diberikan oleh moderator. Ketiga, penyaji menaati etika yang berlaku di
forum ilmiah karena forum ilmiah merupakan wahana bagi ilmuwan dan akademisi
dari berbagai disiplin ilmu saling asah otak dan hati serta bertukar berbagai
informasi akademik, baik sebagai hasil pemikiran maupun hasil penelitian. Dalam
forum tersebut, ada beberapa peran yang dimainkan oleh aktor yang berbeda,
yakni penyaji, pemandu (moderator), notulis, peserta, dan teknisi. Semua pihak
wajib melakukan tugasnya dan menjaga agar jalannya presentasi ilmiah dapat
berjalan dengan lancar sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan.
Dalam menyiapkan presentasi, langkah-langkah yang dapat ditempuh adalah sebagai
berikut.
a. Tentukan
butir-butir terpenting bahan yang dibahas. Penyebutan butir hendaknya tidak
boleh terlalu singkat, tetapi juga tidak boleh terlalu elabratif karena
elaborasi akan dilakukan secara lisan oleh penyaji.
b. Atur
butri-butir tersebut agar alur penyajian runtut dan runut (koheren dan
kohesif).
c. Kerangka
pikir perlu diungkapkan/disajikan dalam diagram atau bagan alir untuk
menunjukkan alur penalarannya.
Melaksanakan Presentasi Ilmiah Presentasi ilmiah pada dasarnya adalah
mengomunikasikan bahan ilmiah kepada peserta forum ilmiah. Oleh karena itu,
dalam presentasi ilmiah berlaku prinsip-prinsip komunikasi. Beberapa prinsip
komunikasi,yaitu:
a. Mengurangi gangguan komunikasi secara
antisipatif.
1) Memastikan kecukupan pencahayaan dan ruang
gerak.
2) Memperhatikan tingkat kapasitas peserta ketika
memilih bahasa dan media.
3) Menghindari kemungkinan multitafsir ungkapan
yang dipilih.
4) Berpikir positif tentang peserta.
5) Membuat peserta dihormati dan dihargai.
6) Mempertimbangkan budaya peserta.
7) Bersikap terbuka terhadap perbedaan sikap dan
pendapat orang lain.
8) Memastikan
bahwa pakaian yang akan dipakai tepat pilihan dari segi situasi formal dan
budaya setempat.
b. Memaksimalkan efektivitas dalam proses presentasi.
1) Memastikan bahwa suaranya dapat didengar oleh
semua peserta.
2) Memastikan
bahwa penyaji dapat melihat semua peserta.
3) Menjadi
penyimak/pendengar yang baik jika ada peserta yang bertanya.
4) Memberi
kesempatan kepada peserta untuk bertanya.
5) Mendorong
peserta untuk aktif terlibat.
6) Menggunakan media yang menarik dan tepat guna
Berbahasa Indonesia yang
baik adalah berbahasa Indonesia yang sesuai dengan tempat tempat terjadinya
kontak berbahasa, sesuai dengan siapa lawan bicara, dan sesuai dengan topic
pembicaraan. Bahasa Indonesia yang baik tidak selalu perlu beragam baku. Yang
perlu diperhatikan dalam berbahasa Indonesia yang baik adalah pemanfaatan ragam
yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa. Ada
pun berbahasa Indonesia yang benar adalah berbahasa Indonesia yang sesuai
dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
Maka dari itu, dapat
disimpulkan bahwa bahasa Indonesia mempunyai peranan yang penting dalam konsep
suatu karya ilmiah. Apalagi kita yang sedang berada di jenjang perkuliahan yang
nantinya akan menyusun karya ilmiah, harus dapat menciptakan suatu karya ilmiah
dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, agar nantinya karya ilmiah
kita dapat dipertanggungjawabkan dan menjadi manfaat untuk orang lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya beberapa jenis karangan ilmiah itu harus melakukan sebuah
pengamatan ataupun penelitian.Tidak terlupakan adalah dalam suatu pembuatan
karya ilmiah itu harus terjamin faktanya dan sesuai kebenarannya.Dan harus bisa
dibuktikan dan dipertanggungjawabkan.
Bahasa Indonesia yang baik dan benarpun dalam penulisan ilmiah sangatlah penting, karna bahasa Indonesia menjadi dasar bahasa dalam penulisan ilmiah dalam bahasa Indonesia.Dan juga sebuah karya ilmiah itu harus memenuhi ragam bahasa standar (formal) atau terpelajar dan bukan bahasa informal atau pergaulan.
Bahasa Indonesia yang baik dan benarpun dalam penulisan ilmiah sangatlah penting, karna bahasa Indonesia menjadi dasar bahasa dalam penulisan ilmiah dalam bahasa Indonesia.Dan juga sebuah karya ilmiah itu harus memenuhi ragam bahasa standar (formal) atau terpelajar dan bukan bahasa informal atau pergaulan.
Dalam penulisan ilmiah, ada bebrapa hal yang perlu diperhatikan, antara
lain kata yang harus dipilih dalam penulisannya, paragrafnya pun disusun dengan
sebaik mungkin, dengan lugas, jelas, formal, konsisten, ringkas dan juga padat.
Isi dari penulisan ilmiah tersebut juga harus obyektif sehingga tak ada
kata yang bersifat subyektif
DAFTAR PUSTAKA
Chaer,
Abdul, 2011, Ragam Bahasa Ilmiah, Jakarta: Rineka Cipta.
Keraf, Gorys, 2004, Komposisi:
Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, Ende: Nusa Indah, Cetakan XIII.
Rumaningsih, Endang, 2011,
Mahir Berbahasa Indonesia, Semarang: Ra-SAIL (Ranah Ilmu-ilmu Sosial
Agama dan Interdisipliner), Cetakan III.
Categories:
EI. Bahasa Indonesia