BAHASA INDONESIA
KERANGKA
KARANGAN
Di Susun oleh :
1. FARIED
UBAIDILLAH 11110117
2. MEILLA DWI CANDRA N 11110034
3. FETI DWI WARDANI
11110073
4. MEDA CHRISTIYAN
11110101
5. ENI SETIYORINI
11110069
FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI BIMBINGAN
IKIP PGRI SEMARANG
TAHUN 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana.Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam
profesi keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang.Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I Pendahuluan
- Latar belakang
- Perumusan Masalah
- Tujuan
- Manfaat
BAB II Pembahasan
-
Pengertian kerangka karangan
-
Manfaat kerangka karangan
-
Pola susunan kerangka karangan
-
Macam-macam kerangka karangan
-
Syarat kerangka karangan yang baik
-
Langkah-langkah menyusun karangan satu
per satu
BAB III Penutup
-
Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada
umumnya kerangka karangan merupakan rencana garis besar karangan berdasarkan
tingkat kepentingannya (teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan),
serta pedoman bagi pembaca untuk mengetahui isi suatu karangan. Kerangka
karangan yang belum final disebut outline sementara, sedangkan kerangka
karangan yang sudah tersusun rapi dan lengkap disebut outline final. Didalam
Bahasa Indonesia penulisan kerangka karangan membantu penulis untuk melihat
gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan
dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah
gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.
Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan.Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara menyeluruh, bukan secara terlepas-lepas.
Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan.Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara menyeluruh, bukan secara terlepas-lepas.
1.2 Batasan Masalah
Kerangka
karangan banyak dipergunakan didalam setiap pembuatan penulisan karya ilmiah
sehingga banyak ketentuan yang harus dilakukan untuk pembuatan penulisan
tersebut.Untuk itu Penulis hanya membatasi penulisan ini pada pola susunan
secara garis besar, macam–macam dan syarat pembuatan outline (kerangka
karangan).
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah sebagai
berikut :
1.
Untuk mengetahui bagaimana pola susunan
outline (kerangka karangan) secara garis besar.
2.
Untuk mengetahui macam-macam outline (kerangka
karangan) berdasar sifat rinciannya dan berdasar perumusan teksnya.
3.
Untuk mengetahui syarat outline (kerangka
karangan) yang baik.
1.4 Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis
dalam mencari atau mengumpulkan data ini menggunakan metode kepustakaan. Dimana
metode ini pengumpulan data dengan cara mengkaji dan menelaah data dari
internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Outline (Kerangka karangan)
Berikut
ini pengertian dari outline (kerangka karangan) adalah sebagai berikut :
2.1.1 Pengertian Outline
Pengertian
Outline menurut bahasa adalah : kerangka, regangan, gari besar, atau guratan.
Jadi Outline merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari
suatu karangan yang akan digarap dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun
secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.
2.1.2 Pengertian Karangan
Karangan
merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan
dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.Lima
jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi,
eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
2.1.3 Pengertian Kerangka Karangan
Kerangka
karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan.
Kerangka karangan yang belum final di sebut outline sementara sedangkan
kerangka karangan yang sudah tersusun rapi dan lengkap disebut outline final.
Kerangka
karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu
karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas,susunan sistematis dari
pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok
tulisan.
Kerangka
karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu
karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas, susunan sistematis dari
pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok
tulisan, atau dapat juga didefinisikan sebagai satu metode dalam pembuatan
karangan yang mana topiknya dipecah kedalam sub-sub topik dan mungkin dipecah
lagi kedalam sub-sub topik yang lebih terperinci.
2.2 Manfaat Outline (Kerangka Karangan)
a.
Untuk menjamin penulisan bersifat
konseptual, menyeluruh, dan terarah.
b.
Untuk menyusun karangan secara teratur.
Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas
pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik
antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah
disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.
c.
Memudahkan penulis menciptakan klimaks
yang berbeda-beda. Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu.
Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah
bagian yang berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap
bagian juga mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat
terpikat secara terus menerus menuju kepada klimaks utama, maka susunan
bagian-bagian harus diatur pula sekian macam sehingga tercapai klimaks yang
berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca.
d.
Menghindari penggarapan topik dua kali
atau lebih. Ada kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih,
sesuai kebutuhan tiap bagian dari karangan itu. Namun penggarapan suatu topik
sampai dua kali atau lebih tidak perlu, karena hal itu hanya akan membawa efek
yang tidak menguntungkan; misalnya, bila penulis tidak sadar betul maka
pendapatnya mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu berbeda dengan yang
diutarakan pada bagian kemudian, atau bahkan bertentangan satu sama lain. Hal
yang demikian ini tidak dapat diterima. Di pihak lain menggarap suatu topik
lebih dari satu kali hanya membuang waktu, tenaga, dan materi. Kalau memang
tidak dapat dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi
akan diuraikan, sedangkan di bagian lain cukup dengan menunjuk kepada bagian
tadi.
e.
Memudahkan penulis mencari materi
pembantu. Dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangan penulis
akan dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau
membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan
dipergunakan di bagian mana dalam karangannya itu.
Bila seorang
pembaca kelak menghadapi karangan yang telah siap, ia dapat menyusutkan kembali
kepada kerangka karangan yang hakekatnya sama dengan apa yang telah dibuat
penggarapnya. Dengan penyusutan ini pembaca akan melihat wujud, gagasan,
struktur, serta nilai umum dari karangan itu. Kerangka karangan merupakan miniatur
atau prototipe dari sebuah karangan.Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut
dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara menyelurih, bukan secara
terlepas-lepas.
2.3 Pola Susunan
Outline (Kerangka Karangan)
Secara
garis besar, pola kerangka karangan dibagi menjadi dua yaitu pola alamiah dan
pola logis, berikut akan di jelaskan secara singkat pola susunan kerangka
karangan.
1.
Pola Alamiah
Merupakan
suatu urutan unit–unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di
alam.Disebut pola alamiah karena memakai pendekatan berdasarkan faktor alamiah
yang esensial.Pola alamiah mengikuti keadaan alam yang berdimensi ruang dan
waktu.
Pola alamiah dapat terbagi menjadi 3 yaitu :
a. Kronologis
(waktu)
Urutan
yang di dasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap-tahap kejadian.Biasanya
tulisan seperti ini kurang menarik minat pembaca.
Contohnya : Topik (riwayat hidup seorang penulis)
• Asal usul penulis
• Pendidikan si
penulis
• Kondisi kehidupan
penulis
• Keinginan penulis
• Karir penulis
b. Spasial
(ruang)
Landasan
yang paling penting, bila topik yang di uraikan mempunyai pertalian yang sangat
erat dengan ruang atau tempat . Urutan ini biasanya di gunakan dalam
tulisan–tulisan yang bersifat deskriptif .
Contohnya : Topik (hutan yang sering mengalami kebakaran)
• Di daerah
Kalimantan
• Di daerah Sulawesi
• Di daerah Sumatra
c. Topik yang
ada
Suatu
pola peralihan yang dapat di masukkan dalam pola alamiah adalah urutan
berdasarkan topik yang ada . Suatu peristiwa sudah di kenal dengan
bagian–bagian tertentu .
Untuk
menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian–bagian itu
harus di jelaskan berturut–turut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian
mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian–bagiannya
itu.
2. Pola Logis
Tanggapan
yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan landasan bagi setiap
persoalan, mampu di tuang dalam suatu susunan atau urutan logis . Urutan logis
sama sekali tidak ada hubungan dengan suatu ciri yang intern dalam materinya,
tetapi erat dengan tanggapan penulis.
Dinamakan
pola logis karena memakai pendekatan berdasarkan jalan pikir atau cara pikir
manusia yang selalu mengamati sesuatu berdasarkan logika. Pola logis dapat
dibagi menjadi 6, yaitu :
a. Klimaks dan
Antiklimaks
Urutan
ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu
dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang
paling menonjol.
Contoh : Topik
(turunnya Suharto)
• Keresahan masyarakat
• Merajalela nya
praktek KKN
• Keresahan
masyarakat
• Kerusuhan social
• Tuntutan reformasi
menggema
b. Kausal
Mencakup
dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke sebab .Pada
pola pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang kemudian di lanjutkan
dengan perincian–perincian yang menelusuri akibat–akibat yang mungkin
terjadi.Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam
membicarakan persoalan–persoalan yang di hadapi umat manusia pada umumnya.
Contoh : Topik
(krisis moneter melanda tanah air)
• Tingginya harga
bahan pangan
• Penyebab krisis
moneter
• Dampak terjadi
krisis moneter
• Solusi pemecahan
masalah krisis moneter
c. Pemecahan
Masalah
Di
mulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum
atau pemecahan atas masalah tersebut .Sekurang-kurangnya uraian yang
mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu
deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, dan akhirnya alternatif–alternatif
untuk jalan keluar dari masalah yang di hadapi tersebut.
Contoh : Topik
(virus flu babi / H1N1 dan upaya penanggulangannya)
• Apa itu virusH1N1
• Bahaya virus H1N1
• Cara
penanggulangannya
d. Umum khusus
Dimulai
dari pembahasan topik secara menyeluruh (umum), lalu di ikuti dengan pembahasan
secara terperinci (khusus).
Contoh : Topik
(pengaruh internet)
• Para pangguna
internet
o Anak–anak
o Remaja
o Dewasa
• Manfaat internet
o Media informasi
o Bisniso Jaringan
social
o Dan lain–lain
e. Familiaritas
Urutan
familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah di kenal, kemudian
berangsur–angsur pindah kepada hal–hal yang kurang di kenal atau belum di
kenal. Dalam keadaan–keadaan tertentu cara ini misalnya di terapkan dengan
mempergunakan analogi.
f. Akseptabilitas
Urutan
akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas
mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah dikenal atau tidak oleh
pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan di
terima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat di setujui atau
tidak oleh para pembaca
2.4 Macam-macam
Outline (Kerangka Karangan)
A. Berdasar
Sifat Rinciannya:
1) Kerangka
Karangan Sementara / Non-formal
Cukup terdiri
atas dua tingkat, dengan alasan:
a)
Topiknya tidak kompleks
b)
Akan segera digarap
2) Kerangka
Karangan Formal:
Terdiri atas tiga
tingkat, dengan alasan:
a)
Topiknya sangat kompleks
b)
Topiknya sederhana, tetapi tidak segera
digarap
Cara kerjanya:
Rumuskan
tema berupa tesis, kemudian pecah-pecah menjadi sub-ordinasi yang dikembangkan
untuk menjelaskan gagasan utama.Tiap sub-ordinasi dapat dirinci lebih
lanjut.Tesis yang dirinci minimal tiga tingkat sudah dapat disebut Kerangka
Karangan Formal.
Contoh keranka
karangan formal, perhatikan contoh dibawah ini :
Topik :
Penggunaan kompor briket batubara
Judul :
Dilema Penggunaan Kompor Briket Batubara dan Penanggulangannya
Tujuan :
Memperoleh jalan keluar dari dilema
penggunaan kompor briket batubara dengan meningkatnya pencemaran
Rumusan Masalah : Upaya apa yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar
tanpa menimbulkan masalah baru.
Aspek yang diteliti :
Aspek yang diteliti :
a.
kebutuhan bahan bakar masyarakat
Indonesia
b.
sumber bahan bakar di Indonesia
c.
cadangan bahan bakar di Indonesia
d.
kenyataan yang terjadi di masyarakat saat
ini berkaitan dengan kebutuhan dan penggunaan bahan bakar batubara sebagai
bahan bakar alternative
e.
efek negatif batubara sebagai bahan bakar
alternatif
f.
jalan keluar atas dilema penggunaan
kompor briket batubara
Metode Penelitian : Studi pustaka survey
melalui wawancara dan penyebaran angket
Literatur : Cinningham,
W.P. & B.W. Saigo. 1999. Environmental Science: a global concern.
Fifth
edition. Mc Graw, Boston
Kupchella,
C.E. & M.C.Hyland. 1993. Environmental Science: Living in theenvironment.
Brooks Cole Publishing company, Pacific Grove, CA.
Raven,
P.H., L.R. Berg & G.B.Johnsons. 1998.
invironment.
Second Edition.
Saunders College
Publishing, Forthworth, FL.
Tribun Bandung,
Minggu (16 Oktober 2005), hal. 2
B. Berdasar
Perumusan Teksnya
1)
Kerangka Kalimat
2)
Kerangka Topik
3)
Gabungan antara Kerangka Kalimat dan
Kerangka Topik
2.5 Syarat
Kerangka Karangan yang baik
a.
Tesis atau pengungkapan maksud harus
jelas.
Pilihlah topik
yang merupakan hal yang khas, kemudian tentukan tujuan yang Jelas.Kemudian
buatlah tesis atau pengungkapan maksud.
b.
Tiap unit hanya mengandung satu gagasan.
Bila satu unit
terdapat lebih dari satu gagasan, maka unit tersebut harus dirinci.
c.
Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus
disusun secara logis, sehingga rangkaian ide atau pikiran itu tergambar jelas.
d.
Harus menggunakan simbol yang konsisten.
Pada dasarnya
untuk menyusun karangan dibutuhkan langkah-langkah awal untuk membentuk
kebiasaan teratur dan sistematis yang memudahkan kita dalam mengembangkan
karangan.
2.6 Langkah-langkah
menyusun karangan satu per satu:
1.
Menentukan tema dan judul
Tema
adalah pokok persoalan, permasalahan, atau pokok pembicaraan yang mendasari
suatu karangan.
Judul
adalah kepala karangan. Misalkan tema cakupannya lebih besar dan menyangkut
pada persoalan yang diangkat sedangkan judul lebih pada penjelasan awal
(penunjuk singkat) isi karangan yang akan ditulis.
2.
Mengumpulkan bahan
Bahan
yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan, banyak cara
mengumpulkannya, masing-masing penulis mempunyai cara masing - masing sesuai
juga dengan tujuan tulisannya.
3.
Menyeleksi bahan
Agar
tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan
tema pembahasan. polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telah
dikumpulkan dengan teliti dan sistematis.
Berikut ini
petunjuk – petunjuknya :
1.
Catat hal penting semampunya.
2.
Jadikan membaca sebagai kebutuhan.
3.
Banyak diskusi, dan mengikuti
kegiatan-kegiatan ilmiah.
4.
Membuat kerangka
Kerangka karangan
menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus
dan terukur.Kerangka karangan belum tentu sama dengan daftar isi, atau uraian
per bab. kerangka ini merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah
dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna.Berikut fungsi kerangka
karangan :
a)
Memudahkan pengelolaan susunan karangan
agar teratur dan sistematis
b)
Memudahkan penulis dalam menguraikan
setiap permasalahan
c)
Membantu menyeleksi materi yang penting
maupun yang tidak penting.
Tahapan dalam menyusun kerangka karangan :
a)
Mencatat gagasan. Alat yang mudah
digunakan adalah pohon pikiran (diagram yang menjelaskan gagasan-gagasan yang
timbul).
b)
Mengatur urutan gagasan.
c)
Memeriksa kembali yang telah diatur dalam
bab dan subbab.
d)
Membuat kerangka yang terperinci dan
lengkap
Kerangka
karangan yang baik adalah kerangka yang urut dan logis karena bila terdapat ide
yang bersilangan, akan mempersulit proses pengembangan karangan. (karangan
tidak mengalir).
5.
Mengembangkan kerangka karangan
Proses
pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan terhadap materi
yang hendak ditulis. jika benar-benar memahami materi dengan baik, permasalahan
dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di dalam
bahasa indonesia untuk membuat suatu penulisan ilmiah harus membuat Outline
(Kerangka karangan) dimaksudkan agar penulisan ilmiah tersebut terarah dan
sesuai dengan yang diharapkan karena kerangka karangan merupakan suatu rencana
kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan atau tulisan yang akan
ditulis atau dibahas,susunan sistematis dari pikiran-pikiran utama dan
pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok tulisan.
o Penyusunan
outline (kerangka karangan) secara garis besar dapat dilakukan dengan
menggunakan pola alamiah dan pola logis.
o Macam–macam
outline ( kerangka karangan ) dapat berdasarkan atas: sifat rinciannya dan
berdasar perumusan teksnya.
o Syarat
outline ( kerangka karangan ) yang baik adalah sebagai berikut :
a.
Tesis atau pengungkapan maksud harus
jelas.
b.
Tiap unit hanya mengandung satu gagasan.
c.
Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus
disusun secara logis, sehingga rangkaian ide atau pikiran itu tergambar jelas.
d.
Harus menggunakan simbol yang konsisten.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zaenal dan S.Amran Tasai.2006. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi.Jakarta : CV Akademika Pressindo.
W. J. S Poerwadarminta. Bahasa Indonesia
untuk Karang Mengarang, cetakan ke-2.`1979.
http://id.wikipedia.org/wiki/Eksposisi
http://id.wikipedia.org/wiki/Karangan
http://farchanbinadnan.blogspot.com/2009/12/membuat-kerangka-karangan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Karangan
http://farchanbinadnan.blogspot.com/2009/12/membuat-kerangka-karangan.html
Categories:
EI. Bahasa Indonesia