A.
PENGERTIAN TEORI EKLEKTIK
Istilah
Konseling Eklektik (Eclectic Counseling) menunjuk pada suatu sistematika dalam
konseling yang berpegang pada pandangan teoretis dan pendekatan (approach),
yang merupakan perpaduan dan berbagai unsur yang diambil atau dipilih dari
beberapa konsepsi serta pendekatan.
Konseling Eklektik
merupakan suatu model pendekatan konseling yang dilakukan dengan cara
menggabungkan berbagain teori atau metode ke dalam suatu program perlakuan.
Pengertian
Teori Eklektik menurut Pendapat para ahli :
1.
Menurut Norcross,
1987 ; Proschaska & Norcross, 1999.
Eklektik
didefinisikan secara sederhana dalam bentuk penggunaan lebih dari satu
pendekatan untuk menangani masalah konseling.
2.
Menurut
pandangan Shertzer dan Stone dalam buku Fundamentals of Counseling,
Konseling Eklektik sebagaimana dikonsepsikan oleh
Thorne, mengandung unsur-unsiir positif dan negatif. Sebagai unsur positif
disebut: usaha menciptakan suatu sistematika dalam memberikan layanan
konseling; menghindari pbsisi dogmatik dan kaku dengan berpegang pada satu
kerangka teoretis dan pendekatan praktis saja. Sebagai unsur negatif disebut:
menjadi mahir dalam penerapan satu pendekatan konseling tertentu sudah cukup
sulit bagi seorang konselor, apalagi mengembangkan suatu pendekatan konseling
yang memadukan unsur-unsur dari berbagai pendekatan konseling; konseling dapat
merasa bingung bila konselor mengubah-ubah siasatnya sesuai dengan keadaan
konseli pada fase-fase tertentu dalam proses konseling; diragukan apakah
konselor mampu menehtukan siasat yang paling sesuai hanya berdasarkan reaksi
dan tanggapan konseli pada saat-saat tertentu selama proses konseling
berlangsung.
3.
Pada tahun 1984
Gilliland
Mengemukakan
bahwa konseling elektik adalah teori konseling yang tidak memiliki teori atau
prinsip khusus tentang kepribadian.
4.
Thorne (1961)
Mengemukakan bahwa konseling elektik
menggunakan data klien yang utama adalah dari studi secara individual yang
meliputi keseluruhan kehidupan yang selalu berubah.
B.
MUNCULNYA
KONSELING EKLEKTIK
Konseling
Eklektik muncul karena adanya pengakuan dari para ahli bahwa tidak ada satu
teori tunggal yang cukup komprehensif untuk menjelaskan perilaku manusia yang
kompleks, termasuk kesulitan atau problema perilaku konseli. Karena tidak ada
satu teori yang memiliki kebenaran mutlak, dan karena tidak ada satu metode
konseling yang selalu efektif untuk menangani berbagai macam masalah dan
konseli, maka para ahli mengembangkan pendekatan eklektik.
C. TOKOH- TOKOH EKLEKTIK
D.
ASUMSI
KONSELING EKLEKTIK
Eklektik memiliki sejumlah asumsi
dasar yang berkaitan dengan proses konseling, asumsi dasar itu adalah:
1. Tidak
ada sebuah teori yang dapat menjelaskan seluruh situasi klien,
2.
Pertimbangan professional atau pribadi konselor adalah faktor penting akan
keberhasilan konseling pada bebagai tahap proses konseling
Menurut Gilliland dkk (1984)
asumsi-asumsi di atas ditunjang oleh kenyataan berikut:
1. Tidak ada dua klien atau situasi
klien yang sama.
2. Setiap klien dan konselor adalah
pribadi yang berubah dan berkembang. Tidak ada pribadi atau situasi konseling yang
sangat statis.
3. Konselor yang efektif menunjukkan
fleksibilitas dalam perbendaharaan aktivitas, berada pada kontinum dari non
direktif ke direktif.
4. Klien adalah pihak yang paling
tahu dengan problemnya.
5. Konselor menggunakan keseluruhan
sumber professional dan personal yang tersedia dalam situasi pemberian bantuan
(konseling).
6. Konselor dan proses konseling
dapat salh dan dapat tidak mampu untuk melihat secara jelas atau cepat berhasil
dalam setiap konseling atau situasi klien.
7. Kompetensi konselor menyadari
kualifikasi professional setiap personal dan kekurangan-kekurangannya., dan
kompetensi itu juga bertanggung jawab untuk menjamin bahwa proses konseling
secara etis tertangani dan dalam keadaan yang sangat diminati klien dan
masyarakat.
8. Kepuasan klien lebih diutamakan
diatas pemenuhan kebutuhan konselor.
9. Banyak perbedaan pendekatan yang
strategis berguna bagi konseptualisasi dan pemecahan setiap masalah. Mungkin
ini bukan pendekatan atau strategi terbaik.
10. Banyak masalah yang kelihatan
sebuah dilema yang tidak dapat dipecahkan dan selalu ada bebagai alternatifnya.
Untuk beberapa alternative itu adalah terbaik bagi klientertentu dan tidak bagi
klien yang lain.
11. Secara umum, efektifitas
konseling adalah proses yang dikerjakan “dengan” atau “untuk” klien.
E.
TUJUAN
KONSELING
Tujuan
konseling menurut eklektik adalah membantu klien mengembangkan integritasnya
pada level tertinggi, yang ditandai oleh adanya aktualisasi diri dan integritas
yang memuaskan. Untuk mencapai tujuan yang ideal ini maka klien perlu dibantu
untuk menyadari sepenuhnya situasi masalahnya, mengajarkan klien secara sadar
dan intensif mamiliki latihan pengendalian di atas masalah tingkah laku.
Eklektik berfokus pada tingkah laku, tujuan, masalah, dan sebagainya. Konselor
dalam mencapai tujuan ini dapat berperan secara bervariasi, misalnya sebagai
konselor, psikiater, guru, konsultan, fasilitator, mentor, advisor, atau
pelatih.
F.
PENDEKATAN
DENGAN TEORI EKLEKTIK
Pandangan
ini juga disebut dengan sebagai Eklektisme yaitu pandangan yang berusaha
menyelidiki berbagai sistem metode, teori atau doktrin, yang dimaksudkan untuk
memahami dan bagaimana menerapkannya dalam situasi yang tepat. Dalam pandangan
ini digunakan bebagai teori dalam pendekatannya. Hal in dilakukan karena tidak
ada suatu teori yang sahih. Setiap teori mempunyai kelemahan dan kelebihannya
masing-masing. Suatu teori dapat diterapkan dalam satu kasus tetapi tidak dapat
digunakan dalam kasus lain, hal inilah yang menyebakan digunakannya bebagai
teori dalam pendekatannya.
G.
STRATEGI KONSELING
1. Hubungan konselor dank klien
Konseling
eklektik memandang penting adanya hubungan positif antara konselor dengan
klien. Hubungan unu tergantung pada:
a. Iklim konseling
b. Keterampilan hubungan
c. Komunikasi verbal dan non verbal
d. Kemampuan mendengarkan.
2. Interview
Eklektik memandang interviu sebagai
strategi untuk membangun atau menciptakan struktur hubungan. Awal interviu
merupakan tahap untuk membuka, dan menciptakan hubungan kepercayaan. Dengan
interviu ini akan dapat mengidentifikasi dan menjelaskan peran dan tanggung
jawab konselor dank klien, mengidentifikasi alas an klien dating ke konselor
membangun kepercayaan dan hubungan, memahami tata karma, mekanisme, harapan dan
keterbatasan hubungan konseling.
3. Asesmen
Asesmen berguna untuk
mengidentifikasi alternatif dan mengembangkan alternatif itu secara realistik,
merencanakan tindakan dan membantu klien meningkatkan potensinya. Asesmen
sebaiknya diperoleh dengan metode yang komprehensif, sistematis dan
memperhitungkan fleksibelitas. Asesmen dapat dilakukan dengan tes terstandar,
pelaporan diri, obsevasi dan sebagainya, tergantung pada situasi dan
kebutuhannya.
4. Perubahan ide
Eklektik memandang bahwa alternative
pemecahan dilaksankan dengan sangat fleksibel. Jika alternatef yang semula
tidak efektif, maka pemegahan masalah dapat diganti dengan cara-cara lain yang
lebih efektif.
H.
TAHAPAN KONSELING
Dalam pelaksanaan konseling eklektik
tidak ada suatu tahapan yang spesifik. Untuk tahapan-tahapan konseling Carkhuff
mengemukakan adan enam tahapan konseling eklektik. Enam tahapan tersebut
adalah:
1. Tahapan eksplorasi
Ini adalah tahap awal dari proses
konseling. Pada tahap ini konselor di harapkan untuk membangun suatu hubungan
yang baik dengan konselor. Hal ini diperlukan karena dengan hubungan yang baik
konselor dapat mencari informasi tetnang permasalahan yang dihadapi klien
sebanyak-banyaknya.
2. Tahapan
perumusan masalah
Bersama klien, konselor membuat
rumusan dan membuat kesepakatan bersama tentang masalah apa yang dihadapi oleh
klien. Jika rumusan tidak disepakati maka kembali ke tahap pertama.
3. Tahap
identifikasi masalah
Pada tahap ini konselor dan klien
bersama mengidentifikasi masalah dan alternatif masalah dari hasil perumusan
masalah. Aternatif yang yang diidentifikasi adalah alternatif yang tepat dan
realistik. Konselor tidak boleh menentukan alternatif mana yang akan digunakan,
akan tetapi semua keputusan tetang penggunaan alternatif pemecahan masalah
berada di tangan klien. Konselor hanya membantu dalam menyusun daftar
alternatif.
4. Tahap
perencanaan
Jika klien telah menentukan
alternatif pemecahan masalah. Kemudian klien bersama konselor membuat rencana
tindakan. Rencana tersebut antara lain tentang apa yang akan dilakukan,
bagaimana caranya, kapan waktunya, dsb. Syarat rencana yang baik antara lain:
· Realistik
· Bertahap
· Mempunyai tujuan yang jelas
· Dapat dipahami klien
5. Tahap
tindakan atau komitmen
Pada tahap selanjutnya hasil
petencanaan kemudian dilaksanakan. Disini klien harus melakukan rencana yang
telah disusun. Pelaksanaan ini harus dilakukan karena proses konseling akan
sia-sia jika perencananan yang telah disusun sedemikian rupa tidak
dilaksanakan.
6. Tahap
penilaian dan umpan balik
Konselor dan klien perlu mendapatkan
umpan balik dan penilaian tentang keberhasilanya. Jika dirasa gagal maka perlu
adannya tinjauan atau perencanaan ulang dalam memberi tindakan terhadap masalah
yang dihadapi klien. Sehingga dapat dicari siatu tindakan yang paling tepat
untuk menghadapi masalah yanmg dihadapi oleh klien.
Categories:
C. Dasar dan Teori Psikologi Bimbingan Konseling